MAINKAN MUSIKMU. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SEJARAH MUSIK

TINJAUAN SEJARAH MUSIK


Perkembangan musik klasik dapat dikelompokkan dengan

berbagai sistem. Sebagai contoh ialah yang mengacu pada

perkembangan tekstur musikal, seperti periodesasi yang di buat oleh

Ewen (1963:7-13): Era Polifonik (1200-1650), Masa Kelahiran Homofonik

(abad ke-17), Periode Klasik (abad ke-18 hingga permulaan abad ke-19)

Periode Roantik (abad ke-19) dan Periode Modern (abad ke-20).

Sementara itu Stein (1963) merdasarkan periodesasi historis musik klasik

atas prosedur komposisi dan bentuk musik. Menurut sitem tersebut

taksonomi historis musik klasik adalah sebagai berikut: Era Abad

Pertengahan (300-1000), Romanesque (1000-1150), Ars Antiqua (1150-

1300), Ars Nova (1300-1400), Renaisans Awal (1400-1500), Renaisans

Tinggi (1500-1600), Barok (1600-1750), Rococo (1725-1778), Klasikisme

(1750-1827), Romantikisme (1800-1900), Impresionisme (1880-1918),

dan Abad ke-20 (1900 hingga sekarang). Walaupun demikian, dalam bab

ini periodisasi yang disampaikan ialah Era Kuno (Sebelum 600), Era

Abad Pertengahan (600-1450), Era Renaisans (1450-1600), Era Barok

(1600-1750), Era Klasik (1750-1820), Era Romantik (1820-1900), dan Era

Kontemporer (1900-Sekarang).

Era Kuno (Antiquity) (- 500)


Sejarah Terbentuknya Musik Barat




Musik Barat Awal terbentuk oleh tiga komponen budaya meliputi

tradisi-tradisi yang tidak sepenuhnya Eropa: Pertama, Timur Tengah

dan Mesir Kuno (daerah Mesopotamia di sekitar sungai Tigris dan

Euphrate yang didiami suku-suku bangsa Sumeria, Babylonia, dan

Assyria) meninggalkan artefak gambar-gambar instrumen musik yang

sudah lengkap (idiofon, aerofon, kordofon, dan membranofon) untuk

memainkan himne yang diukir pada batu tahun 800 SM. Lima ratus tahun

kemudian Bangsa Mesir melakukan hal yang sama, sedangkan bangsa

Yahudi tercatat sejak tahun 2000 SM dan didokumentasikan dalam Kitab

Perjanjian Lama yang lebih berkembang karena kemudian diadobsi dan

diadaptasikan dalam liturgi agama Kristen kemudian. Tradisi peribadatan

Yahudi di synagoge (kuil) berupa gaya menyanyi silabis dan melismatis

hingga kini tetap digunakan di seluruh dunia.



Kedua, Yunani Kuno, merupakan budaya yang paling

berpengaruh pada perkembangan musik di Barat melalui bangsa Romawi

yang menaklukkan mereka tetapi sekaligus banyak mengadobsi

budayanya. Sejarah Yunani baru mulai sekitar tahun 1000 SM tetapi

segera mempengaruhi bangsa-bangsa sekitarnya. Dua dewa yang paling

dipuja bangsa Yunani Kuno adalah Apollo dan Dionysus—kelak menjadi prototipe dua kutub aliran estetika yang saling berlawanan yakni klasik

dan romantik. Pemuja Apollo, memainkan instrumen musik berdawai

kithara sejenis lyre adalah kaum yang berwatak objektif terhadap

ekspresi, sederhana, dan jernih. Sebaliknya pengikut Dionysus suka

memainkan instrumen tiup aulos, bersifat subjektif, emosional, dan

berhawa nafsu besar. Doktrin etos seperti yang dijelaskan filsuf Plato dan

Aristoteles
meyakini bahwa musik memberikan efek langsung pada

perilaku seseorang yang mendengarkannya. Akibatnya, sistem sosial dan

politik menjadi belit-membelit dengan musik, pendidikan berfokus pada

musik dan olahraga senam (musica dan gymnastica), bahkan untuk

membentuk tatanan fundamental masyarakat dilakukan rasionalisasi

musik seperti: penalaan nada, memilih instrumen musik, mencipta modus

dan ritme-ritme. Ahli matematik Pythagoras menjadi orang pertama yang

meneliti perbandingan-perbandingan getaran dawai dan menetapkan

urutan nada-nada yang hingga kini menjadi dasar sistem musik diatonik.


Ketiga, Romawi Kuno, bilamana budaya musikal wilayah

Mediterania timur dicangkok-kan ke dalam wilayah Mediterania barat oleh

kembalinya serdadu-serdau Romawi, maka modifikasi dengan berbagai

selera dan tradisi-tradisi lokal yang ada tak bisa dihindarkan. Modifikasi

nyatanya bahkan hanya lebih menyederhanakan saja dari model-model

yang diadobsi. Tangga nada diatonik (tujuh nada) dijadikan standar

menggantikan struktur-struktur kromatik dan enharmonik dari sistem

musik Yunani. Romawi tidak memiliki kekayaan warisan musikal berupa:

teori akustik, konsep modus, pengelompokan ritme, organologi instrumen

musik, sistem notasi yang meliputi pitch dan durasi, dan banyak repertoar

berupa melodi-melodi yang digunakan untuk contoh-contoh pada

komposisi selanjutnya.


Sejarah Musik Era Abad Pertengahan (Medieval Era) 600-1450


Meliputi suatu periode masa yang paling panjang terkait dengan

semua kehidupan dan seni untuk pelayanan gereja. Musik untuk

keperluan ibadat, sebagai alat utama untuk memahami karya-karya

Tuhan Allah. Mewarisi modus-modus Yunani, bangsa Romawi yang

kristen mengembangkan modus-modus gereja sebagai sistem tangga

nada yang hingga kini masih digunakan dalam berbagai peribadatan

kristen. Standarisasi dalam berbagai lapangan pengetahuan juga terjadi

dalam musik, biarawan dan teoretikus musik Guido d’Arezzo (ca. 997 –

ca. 1050) merancang sistem menyanyi yang dinamakan ’solmisasi’.

Pemimpin gereja Paus Gregorius I mengatur penggunaan lagu-lagu

pujian untuk peribadatan gereja yang dikenal dengan Gregorian chant. Gaya polifoni sebagai teknologi komposisi yang menggabungkan

dua alur melodi atau lebih memperkaya rasa keindahan musikal

dibandingkan gaya monofon sebelumnya dan cikal-bakal harmoni. Pusat

musik abad ke-14 adalah Italy dengan komposer-komposer penting

seperti Francisco Landini, Giovanni da Cascia, dan Jacopo da Bologna.

Untuk pertama kali di Paris para pencipta musik Léonin dan Perotin yang

notabene adalah biarawan Katedral Notre-Dame disebut sebagai

komposer-komposer ”Aliran Notre-Dame” (The Notre-Dame School).

Sebuah risalah penting berjudul Ars Nova (Seni Baru) oleh Philippe de

Vitry muncul lebih awal pada abad ke-14 dan sekaligus menunjukkan

bahwa seni yang berkembang sebelumnya menjadi kuno.


Sejarah Musik Era Renaisans (1450-1600)


Berwatak klasik, pengekangan, menahan diri, dan kalem. Selain

tertarik pada kebudayaan Yunani Kuno, juga berkembang humanisme

khususnya di Italia dan fundamentalisme di Eropa Utara, tetapi sarat

dengan penemuan ilmiah. Kebudayaan termasuk musik berkembang baik

di dalam maupun di luar gereja. Manusia seperti telah menemukan

kembali jati dirinya terutama tampak pada idealisme kaum Protestan

yang meyakini bahwa manusia bisa berhubungan langsung dengan

Tuhan-nya. Melodi dan tekstur musik masih menggunakan modus-modus

sebelumnya, tetapi akord-akord mulai disusun dengan cara

menghubungkan melodi-melodi yang menghasilkan konsonan atau

disonan. Selain musik vokal, era ini ditandai mulainya komposisi solo

dengan iringan ansambel instrumental. Selama abad ke-16 musik

instrumental merangkak naik cepat terkait dengan perkembangan teknik-

teknik permainan instrumen yang idiomatis seperti ritme-ritme beraksen

kuat, nada-nada yang diulang-ulang, wilayah nada semakin luas dan

panjang, nada-nada yang ditahan dan frase-frase, dan banyak

ornamentasi melodi.



Renaisans dapat diartikan sebagai periode dalam Sejarah Eropa

Barat dimana manusia mulai melakukan eksplorasi terhadap dunia, baik

melalui perjalanan atau penjelajahan ke Timur maupun ke Selatan

belahan bumi, tetapi mereka juga gemar mengembangkan ilmu

pengetahuan dan kesenian. Oleh karena pikiran manusia menjadi

semakin bebas, maka musik sekuler mulai muncul dan berkembang pula

musik-musik instrumental yang semula kurang mendapatkan tempat di

lingkungan tradisi gereja. Tetapi musik gereja tetap sangat penting dan

gaya polifonik vokal sangat berkembang pada periode ini. Komposer-

komposer terpenting ialah Josquin des Prés, Orlandus Lassus, William


Sejarah MusikEra Barok (1600-1750)


Periode waktu musik Barok yang juga dikenal sebagai awal suatu

masa paling dramatik dalam sejarah musik, dikatakan sebagai mulainya

era tonal, tetapi totalitas musik yang menggunakan tangga nada diatonik

sebenarnya berlangsung hingga pada awal abad ke-20, selebihnya musik

modern mulai banyak yang meninggalkan sistem diatonik itu. Sekalipun

kata Perancis Baroque; Inggris/Jerman: Barock; Italy: Barocco—semua

menunjuk pada kata sifat ’bizaree’ (aneh, ajaib, dan ganjil)—pada

mulanya berkonotasi buruk, digunakan untuk tujuan menghina,

merendahkan, dan abnormal; tetapi definisinya semakin menjadi positif,

agung, dramatik, dan bahkan mengandung spirit kuat dalam seni. Spirit

itu diperlukan untuk mengembangkan kekayaan musikal dan menumbuhkan dengan cepat teknik-teknik yang diperlukan. Dua gaya

musik yang terpenting adalah gaya antik (prima prattica, stile antico) dan

(sconda prattica, stile moderno)
yang lebih teatrikal daripada yang

pertama. Periode pertama era Barok sebagai awal ditandai dengan

penerapan unsur dramatik pada musik terutama pada operan dan

oratorio, tetapi juga pada musik instrumental dengan menambahkan

unsur-unsur dinamik seperti forte-piano (keras-lembut).



Di Italy ada komposer-komposer antara lain Giulio Caccini,

Jacopo Peri, Claudio Monteverdi, dan Pietro Francesco

Cavalli
; di Perancis ialah Jean Baptiste Lully; dan di Jerman Heinrich

Schütz
. Periode kedua ditandai oleh adanya unsur keseimbangan

harmonik dan polifonik pada komposisi-komposisi Barok yang dilakukan

oleh para komposer Italy Arcangelo Corelli, Antonio Vivaldi, Allesandro

Scarlatti, dan Domenico Scarlatti; Inggris Henry Purcell, komposer

Perancis Francois Couperin, Jerman Johann Sebastian Bach, dan

George Frideric Handel
. Musik Barok menyumbang bagi kesempurnaan

sistem musik Barat dengan sistem tonalitas yang berbasis perkuncian,

memformulasikan nada-nada menjadi akord-akord, interrelasi melodi dan

akord dalam tangga nada mayor atau minor—menjadikan musik diatonik

bisa diterima mendunia. Dua gaya musikal yang sangat berbeda dari

Renaisans adalah gaya musik concertato dan basso continuo.



Gaya pertama menerapkan teknik kontras, kombinasi, dan

alternasi antara solo dan iringan; sedangkan yang kedua teknik

menggarap iringan musik berbasis nada-nada bas (nada paling bawah)
.

Dua gaya itu banyak digunakan dalam komposisi instrumental yang

menjadikan era ini merupakan masa gemilang musik instrumental seperti

jenis musik ”sonata” dan ”concerto”. Pusat-pusat musik Barok dan para

komposernya adalah Italia, Perancis, Inggris, dan Jerman; semua

menghasilkan beraneka ragam repertoar musik vokal dan instrumental

seperti sinfonia, overture, opera, sonata da chiesa, dan sonata da

camera
. Musik hiburan (entertainment music) secara bertahap mulai

berkembang baik secara kualitas maupun kuantitasnya dan memperkaya

musik gereja yang sudah ada. Mulai tahun 1700 beberapa bentuk musik

berbeda muncul seperti solo sonata, trio sonata, suita tarian, dan

concerto grosso.



Sejarah Musik Era Klasik (1750-1820)


Seperti yang terjadi pada era Renaisans, sebenarnya cukup sulit

mendefinisikan era ini sekalipun menggunakan tinjauan periode waktu,

perbedaan gaya-gaya musikal, perilaku estetik, idealisme, atau bahkan

norma-norma yang ditetapkan. Cara paling mudah memahami era Klasik

Byrd, dan Giovanni Pierluigi da Palestrina. ialah dengan memahami klasikisme sebagai idealisme para pemuja dewa

Apollo era Yunani Kuno. Era ini mewarisi dan mengembangkan

klasikisme secara total melalui pikiran positif, sikap tenang, seimbang

antara rasio dan rasa, dan struktur yang jernih. Jika Apollo adalah dewa

keadilan, keindahan, seni, musik, dan sebagai personifikasi dari watak

tenang dan seimbang (hamonious tranquility); maka teori penting tentang

Apollo dikembangkan Nietzsche yang mengatakan bahwa Apollo adalah

dewa kebijaksanaan, pikiran analitis, pembentuk kepribadian, refleksi diri,

dan pemahaman—yang dilawan oleh Dionysus sebagai dewa yang

melahirkan prototipe romantikisme.



Kata “klasik” bermakna sesuatu yang ber-‘kelas’ tinggi, bukan

sesuatu yang berkualitas sembarangan. Musik klasik (semua musik

serius) termasuk dalam kategori itu, tetapi era Klasik tidak mendadak

menemukan jati-dirinya melainkan dimulai oleh gaya rokoko yang riang

(galant style) khususnya di Perancis dan gaya sentimental

(empfindsamer stil) yang dikembangkan pada tahun 1750 hingga 1760-

an di Jerman. Perancis menyumbang obsesi kejernihan (lightness),

keanggunan (gracefulness), dan hiasan (decoration); sedangkan Jerman

lebih senang pada masalah rasa (sensibilities). Di Jerman suatu gerakan

kesenian yang penting adalah Sturm und Drang (”Storm and Stress”,

”Badai dan Stres”)
muncul selama tahun 1770 hingga 1780-an dipelopori

oleh pujangga besar Goethe dan kawan-kawan yang mengajak agar lebih

meningkatkan ekspresi personal dan menggunakan repertoar bangsa

sendiri dalam karya-karya seni—Jerman.



Perubahan fundamental gaya musikal Klasik dari Barok

diinspirasikan oleh Rokoko yang memurnikan kembali idealisme klasik

Yunani Kuno oleh para komposer hebat seperti Joseph Haydn, Wolgang

Amadeus Mozart, Christoph Willibald Gluck, dan Ludwig van Beethoven
.

Untuk pertama kali dalam sejarah musik bahwa musik instrumental lebih

penting daripada musik vokal. Orkestra dan musik kamar seperti kuartet,

kuintet, dan trio piano—dijadikan standar dan menggantikan dominasi

ansambel-ansambel Barok. Polifoni digantikan gaya homofoni yang

membedakan fungsi melodi dan progresi akord-akord sebagai iringan.

Bentuk musik (musical form) terpenting adalah bentuk sonata (sonata

form) yang digunakan pada simfoni, sonata, dan konserto.



Suatu gerakan kesenian yang penting ialah Sturm und Drang

(”Storm and Stress”, ”Badai dan Stres”) muncul di Jerman dipelopori oleh

pujangga besar Goethe dan kawan-kawan, mengajak seniman agar lebih

meningkatkan ekspresi personal dan menggunakan repertoar sendiri

dalam karya-karya seni. Melalui gerakan kebudayaan itu para pujangga

menggugah kesadaran cinta tanah air atau nasionalisme bagi bangsa

Jerman melalui perhatian mereka pada karya-karya seni bangsa sendiri.


Sejarah Musik Era Romantik (1820-1900)


Komposer-komposer Jerman seperti Beethoven merespon

gerakan Sturm und Drang dan menjadikan pergantian gaya musikal dan

sikap estetik yang lebih personal, nasionalistik, bebas, dan menjadikan

ciri khas Romantik. Batasan romantik berasal dari sastra Jerman pada

akhir abad ke-18, seorang penulis Franco-Swiss bernama Mme de Staël

mengaitkan gagasan-gagasan baru dengan gerakan yang terjadi pada

tahun 1813 sebagai sesuatu yang asli, modern, populer, natural, religius,

dan pemberlakuan institusi-institusi sosial. Maka musik Romantik

berbeda dari gaya sebelumnya dan acapkali dikatakan berlawanan

dengan Klasik karena wataknya yang emosional, subjektif, nasionalis,

individual, eksotis, melarikan diri, nafsu bebas, dan bahkan tidak rasional.




Sifat-sifat gaya romantik


Sifat-sifat gaya romantik sangat ditentukan oleh upaya para

komposer yang memperkaya sumber-sumber inspirasi dan sumber-

sumber material bagi komposisi mereka. Orkestra, musik piano, solo

vokal dengan iringan piano, dan opera
dijadikan sebagai jenis-jenis musik

utama, tetapi musik kamar dan musik vokal pujian agak dipinggirkan.

Metrik genap dan metrik gasal dijadikan sebagai basis metrik musik,

tetapi terkadang dilakukan juga eksperimen-eksperimen menggabungkan

keduanya secara tidak biasa. Ritme diakui sebagai suatu inti yang

penting dari masalah ekspresi dalam musik. Gaya melodi ditekankan

berasal dari gaya menyanyi dengan ciri panjang dan alur-alur lirik. Di sisi

lain kemungkinan-kemungkinan baru secara idiomatis pada perwatakan

instrumen digali dan dikembangkan. Elemen-elemen harmoni dan tonal

terus-menerus dikembangkan selama abad itu, dengan kromatikisme,

sonoritas diperkaya misalnya dengan akord tujuh dan akord sembilan,

dan bunyi-bunyi yang nonharmonis banyak digunakan secara lebih

bebas. Modulasi-modulasi semakin menjauh dari tonalnya, tetapi musik

masih berpusat pada melodi dan harmoni.



Beethoven adalah seorang figur transisional yang menghantarkan

gaya Klasik abad ke-18 menuju gaya Romantik abad ke-19. Ia adalah

komposer yang paling fenomenal dalam sejarah musik diatonik karena

kegigihannya dalam menunjukkan personalitas dan watak pribadi melalui

komposisi-komposisinya. Terinspirasi oleh adanya kekuatan-kekuatan

revolusioner pada masanya, terutama Revolusi Perancis, ia

mendeklarasikan sendiri sebagai pembaharu artistik yang merdeka,

bebas dari pengaruh kekuasaan atau patron tertentu. Pada awalnya ia

mencipta musik demi memenuhi pesanan dan imbalan finansial, tetapi

kemudian pada tahun 1820 ia mulai mendeklarasikan kebebasan dirinya

dalam mencipta musik dan hanya menulis musik jika digerakkan oleh

imajinasi dan kata hatinyas saja. Ia telah menetapkan aspek-aspek

seperti individualitas, subjektivitas, dan ekspresi emosional sebagai standar pada komposer-komposer Romantik. Kemerdekaan atau

kebebasan (freedom) adalah kata yang melekat pada komposer paling

fenomenal ini, ia berani melawan Kaisar Napoleon Bonaparte melalui

Simfoni No. 3 Eroica yang kemudian menjadi tonggak sejarah musik

Romantik
. Beethoven tampil sebagai pujangga musik dunia yang mampu

menembus batas-batas kultur Barat.


Kontras dengan eksperimen-eksperimen Schoenberg dan

Stravinsky tersebut selama dekade kedua abad ke-20 muncul aliran yang

ingin kembali kepada idaman-idaman estetika akhir abad ke-18 dan

kemudian dinaman Neoklasik. Tokoh-tokohnya ialah Paul Hindemith,

Béla Bartok, dan Sergey Prokoviev dan Alban Berg. Aliran ini berwatak

terbebas dari muatan emosional, penyederhanaan material-material,

struktur dan tekstur; dan lebih mementingkan garis-garis melodi

kontrapungtis daripada warna harmonik atau instrumental. Neoklasik

diteruskan sebagai tren utama hingga sekitar tahun 1920 dan Perang

Dunia II
berlangsung, teknik-teknik ekspetimental dikenalkan selama

dekade kedua abad ini secara bertahap dimurnikan kembali, dimodifikasi,

dan digabungkan ke dalam perbendaharaan istilah musikal yang diterima

umum.



Pasca Perang Dunia II ditandai oleh dua sikap artistik utama yang

cenderung menggabungkan unsur-unsur yang ada, Anton von Webern

membawa komposisi serial secara lebih ekstrim secara ketrampilan dan

intelektual yang berorientasi kepada Klasikisme daripada

Ekspresionisme. Stravinsky, anggota tertua dari kelompok Neoklasik,

mulai melakukan ekperimen dengan Serialisme. Musik Avant-garde mulai

dikembangkan dengan teknik-teknik yang memungkinkan menggunakan

unsur elektronika.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Buat temn2 atau semua yang butuh tulisan ini untuk bacaan tentang Kurikulum KTSP bisa dilihat di http://guruw.wordpress.com/2007/04/30/ktsp-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-whats-up/
atau bisa dibaca disini karna postingan ini juga bersumber dari http://guruw.wordpress.com/2007/04/30/ktsp-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-whats-up/
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

KURIKULUM KTSP


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk :
belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
belajar untuk memahami dan menghayati,
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Landasan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1), (2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.

Standar Isi


SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.
B. Tujuan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

C. Pengertian

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Beragam dan terpadu
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Menyeluruh dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

untuk silabus seni musik bisa download disini


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kesenian Rakyat dan Upacara Adat

Tari Tradisional dalam upacara adat saling berkaitan, baik sebagai pelengkap maupun sebagai perantara mencapai tujuan. Sebagai contoh, tarian untuk keselamatan dan perlindungan biasanya masyarakat mengadakan pertunjukan kesenian. Kesenian tertentu sangat dekat dengan konteks budaya dan tujuan dilakukannya upacara keselamatan dan perlindungan. Tari-tarian tertentu tersebut sering digunakan untuk upacara perkawinan, khitanan, dan bersih desa dan banyak acara lainnya. Secara hirarki pelaksanaan dan tata cara pertunjukan, tari-tarian tertentu pada pementasannya diatur dalam bentuk upacara. Tata cara pementasan dapat dirinci dan diatur sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya mampu berjalan lancar, tertib, dan selesai tepat waktu. Namun dalam kegiatan lain, pementasan tari-tarian tertentu dipentaskan banyak mengalami hambatan. Secara ilustratif kegiatan pelaksanaan pementasana acara kesenian dan tradisi upacara tertentu kurang berjalan seperti harapan. Misalnya pada saat upacara perkawinan secara umum dapat berlangsung kurang lebih seperti di bawah ini. Upacara diawali dengan acara pengenalan lebih dekat keluarga mempelai pria ke mempelai wanita. Acara bertujuan agar keluarga pria mengenal calon menantu. Selanjutnya, acara lamaran bertujuan meminta secara resmi calon penganten wanita untuk dijadikan istri. Acara berikutnya adalah memberikan peningset atau ikatan dalam bentuk seperangkat pakaian lengkap, kepada calon pengantin wanita sesuai tanggal dan hari yang ditetapkan. Sehari menjelang pernikahan dilakukan siraman baik pihak mempelai wanita maupun mempelai pria dilakukan mandi secara simbolis yang menunjuka bahwa ke dua mempelai berangkat dalam badan yang bersih. Pada acara ini juga dikenal sebagai widodareni (Jawa) yakni acara dimana berbagai kerabat mempelai pria dan mempelai wanita saling bersilahturahmi. Kemudian dilanjutkan upacara panggih pada pagi harinya dengan melakukan sederetan upaca prosesi sampai akad nikah hingga keduanya ke pelaminan. Untuk keperluan upacara bersih desa dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yang kurang lebih dapat disebutkan adalah sebagai berikut. Upacara tradisi bersih desa dilaksanakan dalam setahun sekali yakni pada saat penduduk setelah menuai panen raya secara serentak. Tujuan pelaksanaan upacara adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan bahwa masyarakat diberi limpahan keberhasilan panen, cukup untuk digunakan beberapa bulan ke depan dari hasil bumi yang diperoleh pada panen raya ini. Hal ini menunjukan bahwa Dewi Sri atau Dewi Padi mengabulkan permintaan masyarakat. Tata cara dan bentuk model pertunjukannya secara umum dapat diuraikan di bawah ini. Adapun prosesi kegiatan upacara yang telah lama dan dilestarikan dengan beberapa tahapan adalah sebagai berikut:

1. Menyimpan padi di lumbung secara rapi,
2. Membersihkan jalan, kebun, halaman masjid dan bergotongroyong,
3. Mengadakan masak bersama dan kunjung-mengunjungi antar tetangga,
4. Mengadakan hiburan salah satunya pertunjukan kesenian/tari-tarian.

Adapun beberapa catatan kesenian/tari yang digunakan untuk upacara seperti di depan telah disebut adalah :


______________________________________________________________________________
No -> Kesenian/tarian ------> Asal Daerah ------------> Jenis Upacara
______________________________________________________________________________
1. -> Dolalak --------------> Purworejo/Jateng -------> Bersih Desa
2. -> Barong ---------------> Bali -------------------> Keagamaan
3. -> Rangde ---------------> Bali -------------------> Tolak Bala
4. -> Sekapur Sirih --------> Jambi ------------------> Penyambutan tamu Agung
5. -> Pangayo --------------> Sulawesi Selatan -------> Kematian
6. -> Pakarena -------------> Sulawesi Selatan -------> Penyambutan tamu Agung
7. -> Bisu -----------------> Sulawesi Selatan -------> Pelantikan Kepala Suku
8. -> Bedhoyo 5 dan 9 ------> Surakarta --------------> Pelantikan Raja
9. -> Srimpi 9 -------------> Surakarta --------------> Turunnya Raja
10.-> Bedhoyo Anglir -------> Yogyakarta -------------> Naik tahta Raja
11.-> Jothil ---------------> Yogyakarta -------------> Panen
12.-> Ndi ------------------> Irian Jaya/Papua -------> Pelantikan Kepala Suku
13.-> Tabot ----------------> Bengkulu ---------------> Pelantikan Ketua Suku
14.-> Piring ---------------> Minang/Sumbar ----------> Panen
15.-> Galombang ------------> Minang/Sumbar ----------> Penyambutan tamu Agung
16.-> Tor-tor --------------> Sumatra Utara ----------> Penyambutan tamu Agung
17.-> Cewan ----------------> Sumatra Utara ----------> Penyambutan tamu Agung
18.-> Mainang P Kampai -----> Sumatra Utara ----------> Pergaulan Remaja
19.-> Karambik -------------> Sumatra Utara ----------> Melaut
20.-> Saman/Saudati --------> Aceh/NAD ---------------> Penyambutan tamu Agung
21.-> Bantal Tapok ---------> Aceh/NAD ---------------> Pernikahan/lahirnya bayi
22.-> Gendhing Sriwijaya ---> Sumatra Selatan --------> Penyambutan tamu Agung
23.-> Paget Penganting -----> Sumatra Selatan --------> Pernikahan
24.-> Sinjang --------------> Sumatra Selatan --------> Pergaulan Remaja
25.-> Pasembahan -----------> Sumatra Selatan --------> Penyambutan tamu
26.-> Japin ----------------> Sumatra Selatan --------> Tamu kenegaraan
27.-> Cangget --------------> Lampung ----------------> Tamu kenegaraan
28.-> Selampit Delapan -----> Jambi ------------------> Pergaulan Remaja
29.-> Topeng ---------------> Jawa Barat -------------> Klasik/Kenegaraan
30.-> Jaipongan ------------> Jawa Barat -------------> Pergaulan sosial/masal
31.-> Ogoh-ogoh ------------> Bali -------------------> Upacara Ngaben/lematian
32.-> Bondoyudo ------------> Bali -------------------> Kepahlawanan
33.-> Ngemo dan Jejejr -----> Jawa timur -------------> Pergaulan Sosial
34.-> Belian ---------------> KalTim -----------------> Menyembuhkan orang sakit
35.-> Topeng ---------------> Jakarta/DKI ------------> Menyembuhkan orang sakit
36.-> Ngarojeng ------------> Jakarta/DKI ------------> Panen
37.-> Lense ----------------> Sulawesi Tenggara ------> Upacara laut
38.-> Dabang ---------------> Sulawesi Tengah --------> Upacara Asah Gigi
39.-> Kataga ---------------> NTT --------------------> Upacara sambut Tamu
40.-> Kecak ----------------> Bali -------------------> Keagamaan


Pelaksanaan upacara di atas, pada dasarnya untuk setiap
daerah dan tata cara tradisinya yang dikembangkan memiliki
karakteristik dan fungsi yang berbeda pula. Hal ini bergantung
kepada karakteristik masyarakat masing-masing daerah yang
meyakini dan mempercayai bahwa pelaksanaan bentuk upacara
tradusi dimaksud memiliki kekuatan harapan agar di kemudian
hari semakin meningkat keberhasilannya dan mendatangkan
berkah yang positif bagi kelancaran dan kelangsungan kegiatan
seperti yang diharapkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

opo?

campur
Create cool Profile Comments




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tari-Tarian dan Masyarakat Indonesia

Para siswa yang kami cintai, pada pembahasan bab ini
kalian akan dikenalkan banyak seni tari tradisi di Indonesia.
Indonesia adalah negara yang kaya atas keragaman budaya dan
suku bangsa. Setiap suku bangsa dan budaya memiliki ciri dan
kekhasan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah
lainnya. Perpaduan budaya antar suku bangsa dapat
mempengaruhi perubahan. Hal ini disebut akulturasi. Perbedaan
pengaruh budaya dari satu suku bangsa dan suku bangsa lain
terjadi karena adanya kontak budaya dan hal ini sulit dihindari.
Pengaruh tersebut sa;ah satunya terjadi pada budaya seni tari.
Pada tari klasik Jawa Yogyakarta dan Surakarta dikenal
istilah Hasto Sawando, yang tertuang pada sikap tubuh, tangan
dan kaki yang antara lain adalah ngithing, nyempurit, ngepel,
ngruji. Konsep tentang sikap tari tersebut di Jawa dipahami
sebagai bentuk sikap anggota gerak yang kerap disebut motif
tangan, kaki, dan badan.
Pada tari-tarian manca daerah, tarian merupakan bentuk
seni pertujukan, akan tetapi pada sisi tertentu tarian merupakan
bentuk ritual upacara dan perayaan hari besar di daerah tertentu
pula. Kondisi ini menggambarkan bahwa perbedaan tujuan dan
bentuk penyajiaannya pada ujungnya mempengaruhi format
pertunjukan dan peran fungsi tari di masyarakat.
Pada tarian daerah yang ada di daerah tertentu musik
iringan tarinya digunakan adalah seperangkat gamelan slendro
dan pelog yang disebut satu pangkon. Di daerah lain banyak
menggunakan alat musik yang terdiri dari kendang, kenthong,
keprak, gitar, terbang/rebana, akordion, dan masih banyak lagi.
Lagu-lagu yang digunakan ada yang memiliki jenis lagu
Islami dalam bentuk salawatan. Tetapi pada sisi lain, lagu yang
ada terdiri dari lagu-lagu jenis keroncong, dan masih banyak lagi
yang antara lain adalah lagu-lagu dolanan dan lagu-lagu daerah
tertentu yang ada di sekitar tarian tersebut. Sarana magis juga ada pada tari daerah tertentu. Hal ini
tidak dapat dipungkiri bahwa pertunjukan magis menjadi model
terutama untuk tari daerah tertentu atau pertunjukan tarian
tertentu sering dikaitkan dengan kondisi klimaks tari yang
memperagakan penari dalam keadaan trance atau tidak sadar
diri. Menurut Soedarsono, trance adalah keadaan dimana penari
mamainkan peranan penting dalam komunitas dengan kekuatan-
kekuatan di luar batas kemampuan manusia umumnya. Cara ini
sering disebut kerasukan makhluk halus atau kekuatan
supranatural.
Untuk melestarikan tari-tarian daerah adalah dengan cara
merevitalisasi kembali tarian atau mengadopsi tarian ke dalam
bentuk pertunjukan lain, yakni dengan melalui pembelajaran di
sekolah-sekolah melalui bentuk intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler seperti di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Tingkat Pertama (SLTP), atau Sekolah Menengah Tingkat Atas
(SLTA).
Tari-tarian tertentu pada puncaknya akan menjadi maskot
budaya daerah. Hal tersebut banyak dimiliki oleh masyarakat
tertentu, akan tetapi dalam kenyataan tarian tertentu mampu
bertahan lestari bahkan menjadi simbul budaya bangsa Indonesia
karena intensitas dan daya magis tarian tersebut pada saat
pertunjukan.
Tari-tarian yang mengalami puncak budaya daerah pada
saat tertentu mampu menjadi maskot bangsa. Banyak tarian yang
mampu menjadi maskot bangsa adalah banyak tarian yang
berasal dari Bali, Saman dan Saudati (Aceh), Topeng (Jabar),
Srimpi dan Bedoyo, Prawiroguno, Prawirowatang (Jawa Tengah
dan Yogyakarta), serta masih banyak tari-tarian lain yang
menduduki puncak sama di daerah menjadi maskot daerah
tertentu seperti Alang Babega (Smbar), Gending Sriwijaya
(Sumsel), Cangget (Lampung), Tabot (Bengkulu), Dolalak
(Purworejo), Tari Geliat Bedug (Banten), Jothil (Gunung Kidul),
Gandrung (Banyuwangi/Jawa Timur), Rangde (Bali), Ndi (Irian
Jaya),
Kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya sangat
dekat dengan kebudayaan atau masyarakat keraton . Kondisi ini
patut disyukuri, bukan sebaliknya, tari-tarian di Indonesia pada
umumnya adalah memiliki dua karakter yakni terdiri dari tari
tradisional dan tari nontradisional.
Tari-tarian di Jawa Tengah patut disyukuri karena
terpelihara dengan baik. Hal ini dibuktikan oleh Bratawijaya
bahwa budaya masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dari budaya keraton Yogyakarta Hadiningrat dan Pakualaman
Surakarta (Thomas Wiyasa B: 1997, 77).
Sejak dahulu, masyarakat Jawa sudah mengenal adanya
Tuhan. Hidup di dunia ada yang mengatur selain manusia. Budi
Herusatoto menyatakan bahwa roh ada, roh yang paling kuat dari
manusia. Herusatoto, Mitos dan magis yang ada sejak zaman
prasejarah diyakini oleh manusia selalu mengganggu dan
membuat situasi menjadi kurang berjalan sesuai harapan.
Orang-orang Jawa masih ada yang menganut paham
animisme dan dinamisme begitu kuat dan kental. Hal ini tidak
dapat dipungkiri bahwa mereka sulit dipengaruhi telah hadirnya
agama yang tumbuh dan berkembang di sampingnya. Agama-
agama yang telah ada di sekitar mereka adalah agama Islam,
Hindu, Budha, Kristen, Katholik, dan agama yang dianut suku
Khonghucu.
Pada masa tahun 1970-an, pengaruh animisme dan
dinamisme masih terasa, pengaruh Budha dann Hindu hingga
masa kini juga kuat mazhabnya. Hal ini juga berpengaruh kepada
sikap dan perilaku orang Jawa pada umumnya bahwa tindakan
religius orang Jawa masih memuja dewa-dewa, salah satunya
adalah dewa Padi. Pembuatan sajen atas keselamatan nenek
moyang terkait pada acara-acara tertentu berhubungan dengan
kesenian rakyat sintren, tayub, gugur gunung, ebegan, jothil, dan
masih banyak lagi jenis kesenian rakyat.
Kesenian rakyat yang berkembang di masyarakat Jawa
terdiri dari kesenian jaran kepang atau kuda lumping, tayub,
sintren, dolalak, gugur gunung, ebegan, jothil, dan lain-lain.
Kesenian rakyat ini dalam pementasannya ada yang berakhir
dengan trance atau mendem. Pada acara tertentu kesenian
rakyat jenis ini dipentaskan secara periodik dan terprogram
melalui berbagai acara yang tepat pada saat dipentaskan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tarian Jaipong Seni Tari Asal Jawa Barat

Jaipongan adalah seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia terinspirasi pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Sehingga ia dapat mengembangkan tarian atau kesenian yang kini di kenal dengan nama Jaipongan.

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong” yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Awal kemunculan tarian tersebut semula dianggap sebagai gerakan yang erotis dan vulgar, namun semakin lama tari ini semakin popular dan mulai meningkat frekuensi pertunjukkannya baik di media televisi, hajatan, maupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta.

Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat tamu undangan.

Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.

Tari Jaipongan pada saat ini bisa disebut sebagai salah satu tarian khas Jawa Barat, terlihat pada acara-acara penting kedatangan tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, selalu di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. Tari Jaipongan ini banyak mempengaruhi pada kesenian-kesenian lainnya yang ada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring dan lainnya yang bahkan telah dikolaborasikan dengan Dangdut Modern oleh Mr. Nur dan Leni hingga menjadi kesenian Pong-Dut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gamelan Menuju Industri Kreatif

Seni gamelan baik asal jawa, sunda, bali, bugis atau lainnya untuk [ada era globalisasi ini sangat potensial menuju industri yang kreatif, karena dalam perkembangannya musik musik di barat kini banyak berpaling ke wilayah timur, termasuk indonesia.

Guru besar kerawitan institut seni indonesia (isi) surakarta prof dr. Rahayu supanggah mengatakan hal itu dalam seminar "pertumbuhan dan perkembangan gong kebyar "yang diselenggarakan jurusan karawitan fakultas seni pertunjukan isi surakarta di kampus kentingan solo sabtu pekan lalu.

"Dulu musik musik barat telah dieksploitas sedemikian kuat, tetapi sekarang sudah tidak lagi dan beralih kebudayaan timur termasuk indonesia. Untuk itu gamelan sangat potensial menuju industri kreatif,"katanya.

Trend globalisasi ini jangan hanya dipandang sebagai ancaman.tetapi dalam kenyataannya juga membuka peluang besar bagi perkembangan musik gamelan, karena sekarang ini banyak dilirik oleh dunia barat.

Gamelan didunia barat tidak hanya dijadikan inspirasi untuk mengembangkan musik-musik barat,tetapi juga siajarkan di penjara-penjara seperti inggris inggris. "melalui gamelan ini orang bisa menghikangkan sifat brutal, menambah kreatifitas, memupuk prinsip=prinsip kerja sama, gamelan ini sekarang telah menjadi multi guna,"katanya.

Pada zaman modern seperti sekarang initradisi menjadi penting,untuk mencari identitas diri, untuk itu tidak mengherankankalau para musikus barat dalam mencari jati dirinya banyak yang berpaling ke budaya timur yang masih asli itu.

Gamelan sekarang ini sudah tersebar di mana-mana, seperti di amerika serikat di sana ada 500pernagkat gamelan lebih, di inggris, jepang ada sekitar 100 perangkat gamelan, di australia, jerman, peracis, bahkan seperti sdi singapura itu setiap sekolah dasar hampor semua memiliki gamelan.

Karena itu para mahasiswa yang menekuni bidang ini di tanah air hendaknya melakukuannya secara serius, agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain yang juga mempelajari gamelan,

Sumber : koran pak oles edisi 167

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

The Major Scale

I read on the Internet that if Western music were genetic material, the
major scale would be its DNA. A more perfect analogy I have never
heard.
The major scale is the basis for nearly all music you’re familiar with,
from country to hip-hop, classical to jazz, grunge to punk.
Other scales are described based on their relationships to the major scale.
Intervals—the measurement of distance between two notes—are based
on the major scale. Chord symbols are derived from the major scale.
Remember our definition of a scale. It’s kind of wordy, and you don’t
need to memorize it, so here it is again: a graduated series of musical
tones ascending or descending in order of pitch according to a specific
scheme of their intervals.
With the chromatic scale, the scheme of intervals was half steps. With the
major scale, the scheme of intervals is a series of whole and half steps.
Remember that a whole step consists of two half steps.
Every scale has a letter name and a descriptive name. The letter is the
bottom note of the scale and also the top note of the scale. The
descriptive name tells you what kind of scale it is, like major, minor,
blues, pentatonic, etc. For example, the D Major scale would start on D
and end on D and have the necessary whole and half steps which make up
a major scale.
Enough words. An example will show you the pattern of whole and half
steps for a major scale. The scale we’ll use will be the C Major scale,
because it has no sharps or flats in it.
If you have your keyboard out and use it to follow along, you’ll
understand these concepts more quickly and more thoroughly.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Conducting

A conductor is a musician whose instrument is a large group of singers or
instrumentalists. These musicians are guided either with a baton (also
called a stick) or by the conductor’s hands alone.
An audience only sees a very small part of what a conductor does,
because all they see is the conductor’s back. The audience doesn’t get to
see the frowns and grimaces, the stern looks and the kind, the oh-so-rare
smiles, and all the subtle nuances of body language and facial gesture.
The audience sees only the wilder gesticulations of the arms and part of
the body language.
Most of a conductor’s work in shaping a piece of music comes during
rehearsals, though a good conductor with a good group of musicians can
shape a piece of music spontaneously during a performance.
A conductor’s arm moves in a specific pattern which depends upon the
time signature of the piece being played. It’s usually the right hand and
arm which beat out this pattern while the left hand controls dynamics and
phrases and expressiveness. This is only a general rule.
The roles of a conductor change depending upon the level of musician in
the group. Let’s compare conductors at the two ends of the spectrum: the
professional symphony conductor and the elementary school music
teacher.
Imagine being responsible for forty students and their knowledge of their
instrument and music, fingerings, posture, embouchure, breathing,
reading music, and how to clean their instrument. These are just a few
things a musician should know. There are thousands of school teachers
who are responsible for teaching this every day of every school year, and
in addition to all that, they conduct these musicians in rehearsals and
concerts. Then of course there is grading, and faculty meetings, and hall
duty, and on and on. We should be in awe of them. If you know one,
thank him or her.
A professional orchestra conductor’s focus is more on his or her aural
vision of the piece, on the subtle nuances of the music. He or she is not
concerned with teaching the clarinets an alternate fingering for low F. A
professional conductor might be interested with a certain passage being more marcato, a little quieter, and with less trombone. A conductor may
however, fire the clarinetist who doesn’t know the alternate fingering for
low F.
Whatever the level, a conductor is responsible for many more things than
the individual musician. First of all, the music a conductor reads is much
more complex than the music of any player in the group. This is because
the conductor reads from a score, which is a large, multi-paged piece of
music with all the parts in it, from the piccolo to the percussion, from the
violin to the bass voice parts.
Conductors are also musical scholars, and should know about
performance practices (how a certain piece should be performed), about
chord structure and chord progressions, about the intonation tendencies
of every instrument, about movement and how musicians react to it,
about rehearsal technique and how to get what is needed from musicians,
about music history and theory, and on and on. A good conductor is
always learning.











picture : http://en.wikipedia.org/wiki/Conducting

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Musician





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS